Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Kamis, 29 Mei 2014

Rupanya Belum



Suatu hari , sebut saja mawar. Melakukan aktifitas rutinnya untuk bertemu dengan seorang teteh yang selama ini mengajarkannya ilmu Islam. Disitu dia ebrcerita tentang banyak hal. Kemudian terceletuk dari sang teteh . “ mawar itu belum dewasa ....”. Deg,... Mawar tertegun. Bukan karena tersinggung.. tapi mencoba berfikir apa itu dewasa. 

“ Dewasa itu ketika kita mampu menundukan segala sesuatu sesuai dengan hukum syara’.. baik itu marah, senang , sedih, suka benci semua ditundukan dalam hukum syara’ “. Ya, mawar tertegunn mengingat hingga hari ini dia belum mampu myalurkan marah atau rasa tidak sukanya sesuai dengan huku syara’. Melakukan sesuatu kadang masih sesuai dengan mood, memenangkan rasa malas dalam beberapa aktifitasnya. Mawar pun kadang masih menyukai hal-hal yang belum tentu dibolehkan dalam syara’.  Mawar kembali merenung “ sekian lama.. aku mengkaji namun kedewasaan belum nampak.. “

Kamis, 15 Mei 2014

Membumikan Cinta

Membumikan cinta?
Aku terbahak-terbahak mendengarnya
Apakah cinta ku ini melangit ?
 Ah, tidak juga

Namun, apakah mereka merasakannya ?
 Rupanya tidak ..
Ya, aku pun mengerti

Mungkin aku

Detik mungkin telah jenuh membisu
Mendengarkan dalam sunyi
Menyimpan rasa dalam gelap
Kala jiwa ini terasuki bisikan nista

Ya, entah karena rayuan keji
Atau nelangsa yang begitu rupawan
Tapi hati ini tak rela direnggut oleh waktu
Berkutat dalam perasaan yang nista
Yang seharusnya tak boleh kusentuh

Dari Sang Jelata

Mimpiku mulai membiru
Melanjutkan kecemburuanya pada singasana kejenuhan
Rupanya gundah ini berpusat dari malam itu
Tepatnya harus kulupakan
Karena rindu itu tak pernah kau gugu

Aah, rasa dingin itu kerap mederaku
Membangunkanku bahwa kau kadang ilusi
Namun apa daya siapa diriku ?
Rakyat jelata yang mengharap mahkota

Jumat, 09 Mei 2014

Koalisi, untuk partai atau negeri ?



Pemilu 9 april telah dilewati namun bukan berarti hawa pesta demokrasi selesai. Masih ada 3 bulan lagi menuju pemilu presiden. Dengan memegang hasil pemilu legislatif, partai politik pun kini merancang strategi untuk memperebutkan Istana. Setiap lembaga survei memang punya angka yang berbeda. Namun setidaknya semua memiliki nama yang sama tentang siapa pemenang pemilu kemarin, diantaranya ialah PDIP, partai Golkar dan partai Gerindra. 

Hasil pemilu legislatif kemarin bukanlah sekedar angka-angka belaka. Namun menjadi harga yang sangat mahal dan menjadi modal bagaimana parpol harus melangkah. Dalam sistem demokrasi seperti ini, khususnya siapa yang berkuasa dia yang menang. Tentu sangat sulit bagi parpol utnuk memperebutkan kursi di Istana seorang diri. Maka tak heran jika bulan-bulan terakhir ini muncul istilah Koalisi.

Dalam sistem demokrasi, koalisi merupakan hal yang biasa. Mengingat karena koalisi memang diperbolehkan dan suatu keniscayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, koalisi adalah kerjasama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara di parlemen.   Pertanyaannya, lantas koalisi untuk kepentingan siapa ? rakyat kah atau hanya partai kah ?