Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Senin, 17 Maret 2014

Selebriti dan Politik

Tak lama lagi, pemilu legislatif akan segera berlangsung. Tak heran, berbagai macam promosi pun dilakukan oleh para caleg demi mendapatkan simpati rakyat.  Mulai dari skala kecil hingga promosi yang menghabiskan uang milyaran rupiah. Namun selain dari gaya kampanye yang jadi sorotan publik, kini masyarakat pun harus di buat geleng-geleng kepala dengan munculnya kandidat wakil rakyat yang tidak memiliki kapabilitas.
Bak  audisi pencarian bakat, seluruh orang nampaknya dapat maju menjadi waki rakyat tanpa ada kualifikasi tertentu. Ya, persamaan di muka hukum alasannya. Namun, hal ini menjadi miris ketika calon yang tak mengenal rakyat maju sebagai wakil rakyat.  Dikutip dari Cyber News, setidaknya ada 41 caleg selebritis yang akan maju pada Pemilu legislatif 2014. Para caleg ini berasal dari berbagai  partai politik seperti Partai Demokrat, PDIP, Partai Amanat Nasional dll. Para caleg ini maju dan berasal dari pekerjaan awal yang beragam. Seperti musisi, pemain sinetron, penyanyi dangdut, presenter, pemain film layar lebar  dsb. 


Bahkan salah seorang pengamat politik dari Universitas Indonesia sendiri , Arbi Sanit mengungkapkan bahwa caleg yang diusung oleh partai politik tidak memiliki kualifikasi. "Saya tidak perlu menyebut nama partainya. Tapi setelah saya lihat beberapa caleg artis seksi yang kerap muncul di beberapa media belakangan ini, mereka memang tidak qualified," ujar Arbi. Menurutnya, penunjukan artis seksi menjadi kandidat wakil rakyat tanpa didahului dengan proses pengkaderan politik, tidak akan membawa kebaikan bagi masa depan negeri ini. "Kalau banyak orang seperti mereka itu yang terpilih dan duduk di DPR, maka negara ini bakal hancur," katanya.

Dalam Islam, memilih pemimpin bukanlah hal yang sembarang dilakukan. Namun penuh kehati-hatian dan pertimbangan. Kapabilitas memimpin merupakan hal yang penting. Dalam satu kisah Rasulullah SAW pernah memberhentikan Abu Dzar sebagai amil, dikarenakan dirasa lemah dan tidak mampu .
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu lemah, sementara kekuasaan itu amanah. Kekuasaan itu kelak pada Hari Kiamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali orang mengambilnya dengan benar (berhak) dan menunaikan apa yang menjadi kewajiban-nya.” (HR Muslim). 

Hadis ini melarang orang yang tidak berhak, tidak layak dan tidak mampu (lemah) menjalankan kewajibannya untuk menduduki kekuasaan; sebab hal itu kelak pada Hari Kiamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi dirinya.

Selain itu ada hal yang penting dan harus digaris bawahi. Islam mensyaratkan seorang pemimpin bersifat Adil. Adil yang dimaksud ialah mampu mendudukan segala permasalahan dalam sudut pandang Islam. Artinya tidak menggunakan hukum selain hukum dari Allah SWT.  Namun nyatanya, dalam sistem demokrasi mau tak mau pemimpin pastinya akan menggunakan hukum selain dari Allah. Sebab prinsip demokrasi sendiri ialah melegalisasi hukum buatan manusia, dimana kedaulatan ada ditangan rakyat.
Maka telah jelas, bahwa pemimpin seperti ini hanya akan didapatkan dalam sebuah negara yang menerapkan Islam secara sempurna. Mustahil mendapatkan pemimpin layaknya Islam syariatkan dalam sistem demokrasi.   Sebab sistem demokrasi hanya akan memunculkan kader yang berorientasi materi dan bergerak karena kepentingan materi bukan Ideologi. Maka , tidak ada kata lain untuk menanggalkan sistem saat ini dengan sistem sempurna yaitu sistem Islam. Sebab hanya dengan sistem Islam yang berlandaskan pada hukum syara’ lah  aktifitas pengurusan umat dapat dilakukan dengan benar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar