Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Minggu, 05 Januari 2014

Nafaits Tsamarat #1

1.  Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman)

2. Kebencian Allah Pada Hamba yang Sibuk dengan Perkara yang Tiada Guna


Al-Fudhail bin Iyadh berkata, Anda meminta surga kepada-Nya, sementara Anda menghadap-Nya dengan membawa sesuatu yang Dia benci. Aku tidak melihat orang yang begitu minim memperhatikan dirinya, ketimbang Anda.
Ma’ruf al-Karkhi berkata, tanda kebencian Allah Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah ketika Dia melihatnya sibuk dengan perkara yang tidak ada gunanya.

3. Tinggalkan Tiga Hal, Temukan Manisnya Ibadah
قَالَ أَحْمَد بن حَرْب رَحِمَهُ الله: عَبَدْتُ اللهَ خَمْسِينَ سَنَةً، فَمَا وَجَدْتُ حَلاَوَةَ العِبَادَةِ حَتَّى تَرَكْتُ ثَلاَثَةَ أَشْيَاء, تَرَكْتُ رِضَا النَّاسِ حَتَّى قَدَرْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِالحَقِّ, وَتَرَكْتُ صَحْبَةَ الفَاسِقِين حَتَّى وَجَدْتُ صَحْبَةَ الصَّالِحِين, وَتَرَكْتُ حَلاَوَةَ الدُّنْيَا حَتَّى وَجَدْتُ حَلاَوَةَ الآخِرَةِ.

Ahmad bin Harb rahimahullah berkata: “Aku telah beribadah kepada Allah selama lima puluh tahun. Namun aku tidak menemukan manisnya ibadah itu hingga aku meninggalkan tiga hal: aku meninggalkan ridha manusia hingga aku mampu berbicara (bebas menyampaikan) kebenaran (al-haq); aku meninggalkan persahabatan dengan orang-orang fasik hingga aku menemukan persahabatan dengan orang-orang shalih; aku meninggalkan manisnya dunia hingga aku menemukan manisnya akhirat.”

– Imam an-Nawawi, Bustanu al-’Arifin, hal. 129. 

4. Akhlak seorang Mukmin

كان الحسن البصري رحمه الله يقول: إن من أخلاق المؤمن قوة في دين، وحزما في لين، وإيمانا في يقين، وعلما في حِلم، وحِلما في علم، وكَيسا في رفق، وتجملا في فاقة، وقصدا في غنى، وشفقة في نفقة، ورحمة للمجهود، وعطاءً للحقوق، وإنصافا في استقامة، لا يحيف على من يُبغض، ولا يأثم في مساعدة من يحب، ولا يهمز، ولا يغمز، ولا يلمز، ولا يغلو، ولا يلهو، ولا يلعب، ولا يمشي بالنميمة، ولا يتَّبع ما ليس له، ولا يجحد الحق الذي عليه، ولا يتجاوز في القدر، ولا يشمت بالقبيحة إذا حلت بغيره، ولا يُسرُّ بالمصيبة إذا نزلت بسواه.
Hasan al-Bashri–rahimahullah, semoga Allah merahmatinya—berkata: “Termasuk akhlak seorang mukmin adalah kuat dalam beragama; tegas dalam kelembutan; iman dalam keyakinan; ilmu dalam wawasan; bijak dalam berpengetahuan; sopan dalam kasih sayang; rapi dalam kemiskinan; sederhana dalam kekayaan; simpati dalam nafkah; belas kasih pada pekerja; memberi pada yang berhak; adil dalam penegakan; tidak sewenang-wenang pada orang yang dibenci; tidak melampaui batas dalam membantu orang yang dicintai; tidak mengumpat; tidak menyindir; tidak berbisik; tidak berlebih-lebihan; tidak lalai; tidak banyak bermain; tidak melakukan adu domba (fitnah); tidak mengejar apa yang bukan miliknya; tidak menolak kebenaran yang sampai padanya; tidak melampaui batas dalam penilaian; tidak senang melihat kejelekan pada orang lain; dan tidak senang orang lain tertimpa musibah.” [Âdâb al-Hasan al-Bashri wa Zuhduhu wa Mawâ’idhuhu, karya Abu al-Faraj ibnu al-Jauzi].



5.Kebaikan Itu Ada Pada Tiga Hal
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: “Kebaikan itu ada pada tiga hal. Sehingga apabila ketiganya ini ada pada seseorang, maka sempurnalah imannya: Orang yang apabila ia senang, maka kesenangannya itu tidak memasukkannya ke dalam kebatilan; orang yang apabila ia marah, maka kemarahannya itu tidak mengeluarkannya dari kebenaran; dan orang yang apabila ia mampu-membalas kejahatan (dendam), maka ia memaafkannya.
Seseorang menyampaikan sebuah perkataan kepada Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Umar berkata: “Anda ingin setan menghancurkan aku karena kebesaran kekuasaan. Aku hari ini sedang mendapatkan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah, semoga Allah merahmati Anda.


Source : www. hizbut-tahrir.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar