Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Sabtu, 27 Februari 2016

Belajar dari Semangat Para Penjajah


Pernah merasakan sebuah kefuturan ? Galau. Bimbang. Malas bergerak. Nampaknya kita benar-benar harus duduk di perpustakaan, membuka buku sejarah dan merenungi peradaban yang saat ini sedang terbalil.  Tercatat dalam sejarah bahwa Khilafah Islamiyah runtuh pada tahun 1924 yang lalu. Namun perlu kita catat, apakah itu terjadi begitu saja ? Rupanya  tidak. Dan bisa bayangkan bagaimana sebuah raksasa serta negara adidaya yang luasnya meliputi 2/3 dunia itu runtuh.. tentu bukan terjadi begitu saja. Bukan juga hanya dalam waktu 1 bulan dua bulan oleh seorang Mustafa Kemal untuk meruntuhkannya. Semua itu bermula bahkan sebelum perang salib. Di perang salib pun, sering kali kaum kafir mengalami kegagalan. Karena semangat jihad dan rasa tak takut mati yang dimiliki oleh tentara kaum musmilin. Bahkan semangat seperti ini tak pernah ada di sejarah peradaban manapun kecuali dalam tentara Islam. Walhasil mereka pun mulai membuat strategi perang baru yaitu dengan perang pemikiran. Perang fisik pun perlahan ditinggalkan dan mereka bergerilya menyebarkan paham-paham barat di tubuh kaum muslimin yang masih bersatu dalam kekhilafahan saat itu. Akhirnya, satu-persatu ikatan Islam dan kecintaan kaum Muslimin akan Islam lepas. Barulah eksekusinya terjadi pada 3 Maret 1924 di Turki.

Ini berarti upaya penghancuran sang raksasa ini sudah berjalan selama lebih dari 900 tahun dan baru runtuh pada 1924. Upaya yang keras dan ambisius bukan ? Jangan salah, untuk menghancurkan kekhilafahan mereka membutuhkan waktu yang lama dan strategi yang sangat apik. Dan mereka luar biasa sangat sabar.


Namun ada satu hal lagi yang membuat saya benar-benar geleng kepala dan mengapresiasi kebencian mereka. Yaitu Follow up Mereka. Jangan salah ! Pasca Daulah Khilafah runtuh pada tahun 1924, kelakuan mereka justru semakin menjadi dan terus me-follow up keruntuhan itu agar tidak bangkit kembali. Kita bisa lihat sendiri bagaimana saat ini barat (red:kafir) memporak-porandakan kaum muslimin dengan berbagai hal. Di timur tengah, negeri-negeri muslim dipecah belah dan dijajah secara fisik oleh mereka. Sedangkan negeri muslim yang lain layaknya negeri kita Indonesia, Malaysia dll., Dihancurkan melalui politik ekonomi kapitalis serta pemikiran dan gaya hidup liberalis yang merasuk kedalam jiwa-jiwa pemuda kaum muslimin. Luar biasa bukan ? Benar-benar sebuah gerakan terorganisir yang ambisius. Bahkan mungkin tanpa kita sadari, saat kita melamun, tertawa terbahak-bahak menonton film kesukaan kita, ataupun galau karena cinta, mereka sedang rapat dan tak tidur memikirkan rencana apalagi yang mampu menjauhkan generasi muda muslim dari Islam. Ya itu lah mereka. Sang penjajah dengan semangat

Tidakkah kita merasa malu akan  hal ini ? Sebuah umat yang telah dipredikatkan sebagai umat terbaik oleh Allah SWT justru kalah ambisius dan semangatnya dengan para penjajah. Follow up luar biasa dari para kafir penjajah seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita semua untuk senantiasa bergerak dan terus bergerak demi berlangsungnya kehidupan Islam di masa depan. Padahal jiwa-jiwa mereka dibangun dari kebencian dan rasa dengki akan kegemilangan islam. Mereka pun tak pernah dijanjikan oleh siapapun sebuah kemenangan di masa depan, materi lah yang menjadi penyemangat mereka.


Jika dunia ini kita bagi menjadi dua . Maka kita akan mendapati sebuah pertarungan dari dua aktor besar. Yaitu Islam dan Barat.  Jika barat bisa dikatakan sebagai lawan yang sangat tangguh dan ambisius. Maka sudahkah kita menjadi lawan yang seimbang dengan kualitas yang kita miliki saat ini ? Atau jangan-jangan barat sendiri menganggap kita tidak ada dan bukan apa-apa akibat buruknya kualitas diri kita. Pertarungan yang sengit dan membakar hati adalah tatkala pertarungan itu membuat masing-masing pemain lelah dan berifkir keras untuk mengalahkan musuhnya. Namun, sudahkah kelelahan, kesakitan, keringat dan air mata itu mendera kita. Atau jangan-jangan selama ini barat hanya menjad single fighter karena taka da lawan yang tak sebanding ?  Sungguh sejarah telah mengajarkan kita untuk meningkatkan kualitas diri ini. Masalah keduniawian hanya setitik jika dibanding masalah yang dialami kaum muslimin saat ini.  Betapa malunya diri ini jika harus dibandingnya dengan para sahabat dahulu yang rela menyingkirkan mimpi ambisius duniawinya dengan Islam. Betapa hinanya kita saat para sahabat dahulu rela meninggalkan keluarganya demi dakwah, dan mencopot semua gelar kehormatan mereka dihadapan manusia. Sudahkah kita seperti mereka ? Padahal khilafah akhir zaman yang dijanjikan oleh Allah adalah Khilafah ‘ala minhajin Annubuwah. Ini berarti para pejuangnya pun harus sekualitas denga para sahabat terdahulu. Sungguh Allah telah menjanjikan kemenangan di depan mata kita. Ya didepan mata kita. Hanya saja apakah kita menyambut kemenangan itu dengan semangat yang luar biasa melebihi para penjajah. Atau semangat para pejuang tempe yang bergerak karena lapar. Inilah sebuah pelajaran besar bagi kaum akhir zaman yang mulia, membangun semangat tak terkalahkan ala penjajah . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar