Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Jumat, 04 Desember 2015

Dimana letak cinta kita ?

Suatu hari saya buka-buka beranda facebook lalu melihat salah seorang memposting sebuah gambar. Intinya menanyakan seberapa cinta kamu dengan dunia ? Lalu dibawahnya ada tulisan ayat. “ Berapa lamakah kamu hidup didunia ?”

Deg. Hati saya langsung tertegun. Kadang kita lupa, dengan segala kesibukan. Punya target ini , target itu. Mau ini , mau itu. Lomba ini, lomba itu. Akhirnya lupa bahwa semua itu akan berakhir tatkala kematian menyapa. Seringkali hati ini kotor, menganggap bahwa karena saya adalah orang yang mengikrarkan diri sebagai pengemban dakwah, maka Allah pastinya akan memasukan diri ini kedalam syurga. Ehh kata siapa ? Bahkan seorang ulama besar pun belum tentu masuk syurga. Apalagi kita ? Yang kadang tidak melakukan apa yang kita ucapkan. Berkoar sana sini tentang islam , tapi hanya islami diluar rumah. Bertutur kata yang baik di kampus, namun saat dikosan ghibah menjadi pembicaraan sehari-hari.


Dari Abu Zaid Usamah ibn Haritsah SAW, dia berkata, “ Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Akan didatangkan nanti pada hari kiamat seorang laki-laki ia dilemparkan ke dalam neraka maka keluarlah usus-ususnya perutnya, lalu berputar-berputar di dalamnya bagaikan himar yang beputar-putar disekitar penggilingan. Maka berkerumunan ahli neraka kepadanya, mereka berkata: “ Hai Fulan mengapakah kamu ? Bukankah kamu dahulu menganjurkan kebaikan dan melarang dari yang mungkar ?” Maka dia menjawab:” Benar, saya dulu memerintah yang baik tetapi tidak mengamalkannya dan saya melarang dari yang mungkar tetapi aku melakukannya” ( HR Bukhari-Muslim) 

“ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu erbuat ? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa amu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan “ ( As-Shaff: 2-3)

Ayat dan Hadist diatas saya fikir cukup unutk membuktikan kepada kita bahwasannya berhati-hati dalam bertindak adalah sebuah keharusan. Jangan sampai kita bertindak dan berlagak sebagai pengemban dakwah namun nafsiyah diri 0 besar.  Lalu apa hubungannya dengan cinta ? Balik lagi pada kelupaan kita terhadap kematian. Bagi saya , jika lupa itu hanya beberapa kali. Rasanya itu tak masalah. Karena manusia tempatnya lupa dan salah. Namun jika setiap aktifitas senantiasa lupa, dan yang dominan difikirkan dalam otak adalah dunia dan dunia.Saya rasa tak apa jika harus bertanya pada diri sendiri.. dimanakah letak cinta kita ? Apakah kita sedemikian cintanya dengan predikat di dunia ? Hingga lupa untuk berbuat kebaikan untuk negeri Akhirat.

Bagaimana mendeteksi bahwa kita terlalu cinta ama dunia ? Simple. Ukurannya bukan tentang keambisiusan kita mengejar harta. Bagi saya itu terlalu jauh untuk status kita sebagai mahasiswa atau pelajar ( dalam konteks ini). Indikatornya adalah berapa persen dalam sehari kita memikirkan urusan dunia dan berapa persen kita memikirkan urusan yang menghantarkan pada akhirat ? Sebagai contoh : Lebih sering yang mana kah kita ? Tidak bisa tidur karena mengejar belajar ini itu, lomba ini itu. Ataukah tidak bisa tidur karena harus memikirkan objek dakwah kita yang ingin di sadarkan, atau memikirkan konsep acara dakwah ? That’s the point. Lebih sering manakah kita ? Menangis karena tak mampu mencapai target kuliah/organisasi, atau menangis karena diri kita belum bisa menjadi seperti yang Allah inginkan ? Bahkan ada seseorang yang mengatakan kurang lebih begini “ Apa yang dia pikirkan pertama kali pada saat ia bangun tidur, maka itulah orientasi hidupnya”.  

So, kadang kita harus berkata yang lancang pada diri sendiri “ Jangan bilang ngaku lo cinta sama Allah, kepengen Syurga, kepengen syahid,  kalo yang dikepala lo isinya cuma gimana caranya eksis dan nilai kuliah lo gede” That’s bullshit.

Dimana letak cinta kita ? Didunia atau di akhirat ? Silahkan pikirkan masing-masing. Saya pun masihh Jauuuuuh dari kata baik. Jujur saya masih suka nakal, melakukan kemaksiatan, males, melalaikan amanah, membuang-buang waktu dg mubah yang gak berguna. So, mari kita perbaiki diri dengan sebenar-benarnya. Dan meminta Allah untuk menguatkan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Amiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar