Beberapa minggu yang lalu
, tepatnya hampir sebulan sih sebetulnya , saya mengikuti agenda monev PKM yang
diselenggarakan oleh dikti. Apaan monev? Jadi monev itu singkatan dari
Monitoring dan Evaluasi. Kalo misalnya PKM ( Proposal Kegiatan Mahasiswa) kita
di danai , nah akan ada monev untuk mengecek sejauh mana progres kegiatan kita
. Di agenda tersebut, kita dibagi-bagi
perkelas untuk mempresentasikan di depan penguji terkait dengan kegiatan kita.
Nah karena presentasinya itu gak cuma di depan penguji tapi juga peserta lain,
kita yang belum maju jadi bisa liat apa
aja kegiatan yang diajukan oleh kelompok lain.
Yang akan menjadi
pembahasan saya disini adalah bukan tentang mekanisme monev itu sendiri. Tapi tentang kekaguman saya yang luar biasa
dengan pemuda negeri ini. Di monev kemarin, saya benar-benar terkagum kagum dengan mereka. Bayangkan di bandung saja.. ada
sekitar lebih dari 200 tim dengan gagasan yang berbeda-beda. Dan gagasan ini bukan sekedar gagasan biasa
lho, tapi gagasan yang memang dibuat untuk kemudian memudahkan negeri ini dalam
menyelesaikan masalahnya. Ada yang
membuat sistem input database kurikulum 2013,
terus ada yang buat sumber energi baru dari limbah, bikin edible film
dari limbah dsb. Baik itu gagasan terkait dengan masalah sosial, maupun iptek.
Saya jadi mikir dan
tertegun dalam hati. “ Ya Allah.. ini anak-anak kaum muslimin cerdas cerdas
lho.. berarti sebetulnya negeri ini bisa kan bangkit dan maju ?” . Bagaimana
tidak ? Dalam acara ini saya melihat betul, bagaimana pemuda negeri ini
benar-benar mengunakan otaknya untuk
membantu negeri ini. Tapi masalhany, kenapa ya sudah begitu banyak
gagasan ini di ajukan tetap saja negeri kita terjebak pada masalah yang tak
kunjung usai. Bahkan semakin ke sini, seolah harapan itu kian redup. Berkaca
dari PKM saya yang dananya tak kunjung datang.. saya mikir , hmm mungkin itu
salah satu penyebab kenapa begitu banyak gagasan di negeri ini muncul namun tak
terlihat pengaruhnya dinegeri ini. Ya, karena negara tak memfasilitasi.
“ Wedeeehh.. suudzon lo
tif”
Eh bukan suudzon ya,
emang kenyataanya begitu. Begitu
banyaknya pemuda-pemuda cerdas yang lahir dari negeri ini, namun tak
difasilitasi dengan serius oleh pemerintah. Walhasil .. ya ada dua kemungkinan.
Gagasannya mandek karena tidak di tindak lanjut oleh pemerintah, kedua yaa diambil alih sama negara lain supaya
diterapkan. Sedih kan ?
Masalah ini pun
sebetulnya udah kayak lingkaran setan. Misalnya gini, kurangnya dana pendidikan
karena anggaran kita kurang banyak, trus
di lanjut lagi anggaran kita kurang banyak karena sumber pemasukan kita kurang.
Sumber pemasukan kita kurang kenapa ? Katakanlah .. krena SDA kebanyakan di
ambil alih sama asing . Kok bisa malah dikelola asing ? Kan itu punya Indonesia
?.Nanti ada yang nyeletuk.. salahin yang buat hukum dong, tuuh DPR yang tak
terdidik.. tergoda bikin UU pro Asing demi uang gak seberapa. Walhasil .. pendidikan disalahin karena gak
bisa mencetak manusia yang beriman dan memiliki hati nurani. So, dari mana kita
harus menyelesaikan masalah ?
Miris kan. Yup, kita
hidup di sebuah dunia yang bahkan manusia pun bingung untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri. Mau memulai dari sini, terbentur dengan kebijakan yang
satu. Mau memulai mengubah dari sisi yang lain, eeh terbentur dengan kondisi
yang terbatas. Sering kali kita berfikir
dengan pola berfikir “reduksionisme” alias menyelesaikan masalah dari sudut pandang
tertentu saja. Padahal pandangan seperti ini hanya berlaku pada permasalahan
skala lab, dan tidak bisa di gunakan pada
skala kehidupan manusia yang kompleks. Sebagai contoh, untuk mengetahui
apakah solusi dari penyakit” A” pada
tanaman x adalah Y. Bisa saja di test di laboratorium. Di uji variabel bebas
dan kontrol .. dan sebagainya. Tapi kehidupan manusia ? Bisakah seperti itu. Tidak
. Sebab, kehidupan manusia saling keterkaitan satu sama lain.. Kehidupannya
terdrindar banyak dimensi mulai dari faktor pendidikan, ekonomi, politik dsb.
Sehingga jikalau kita ingin mengubah hanya dari satu dimensi saja. maka akan
terbentur dengan yang lain.
Dalam buku yang saya
baca, judulnya “ Ketika Barat memfitnah Islam”, disana dikatakan bahwa salah
satu penyebab mengapa kondisi dunia kita semakin kacrut, bahkan ilmu
pengetahuan pun tak mampu menyelesaikan rusaknya peradaban saat ini., ialah
akibat manusia berusaha menyelesaikan permasalahanya dengan pandangan
reduksionisme tadi. Tanpa akhirnya berfikir secara komperhensif apa akar
masalahnya. Jika kondisi dunia , atau gak usah jauh jauh .. negeri kita aja deh
dalam kondisi terpuruk di semua dimensi, maka sudah saatny kita
berfikir melihat permasalahan dalam perspektif yang lebih komperhensif. Karena kita sedang berbicara masalah
kehidupan manusia. Krisis ekonomi yang menahun, kerusakan moral msyarakat yang
semakin menajdi, neoimperialisme di negera berkembang, sekulerisasi agama di
hampir setiap jengkal negeri, krisis pangan bahkan di negeri yang kaya
SDA, krisis kesehatan yang melanda
penduduk di satu benua. Tidakkah kita berfikir ... bagaimana bisa masalah dari
dimensi yang berbeda2, namun muncul dalam waktu yang sama ? Apakah manusia hari
ini sebegitu bejatnya dan berbeda dengan manusia jaman dahulu ? Apa yang
menyebabkan ini semua terjadi ? Kalo saya sih udah ada jawabanya, .. lihat ya
pandangan saya di post sebelumnya judulnya “ Sebuah peradaban yang gagal”
Intinya dari yang
saya bahas kali ini adalah... Pertama, gagasan
tanpa adanya wadah untuk diterapkan akan mustahil menyelesaikan. Apalagi jika
gagasan itu hendak mengubah sebuah negara yang sedang terjangkit oleh penyakit
akut. Itu akan sangat sulit. Karena pasti akan terhalang dengan berbagai kendala,
mulai dari dana, birokrasi, kebijakan dalam negeri, ataupun terhalang oleh
masalah di dimensi lainnya seperti ekonomi, kondisi perpolitikan dsb. Saya
tidak meminta para pemuda untuk tidak membantu negeri ini keluar dari
permasalahan. Sebab kita masih dalam keterpurukan bukan karena generasi muda
kita yang bodoh, tapi karena kita hidup dalam sebuah sistem yang membodohi kita
dan membuat potensi kita terkubur ataupun terampas oleh yang lain. Tapi sungguh sangatlah efektif..
jika sambil kita memadamkan api yang tengah berkobar, mari kita cari akar
masalah dari semua masalah yang ada. Agar kita nanti tak perlu berlelah ria
mencari sumber air untuk memadamkan api yang tak kunjung redaTeruslah
berkarya... terus berfikir .. buat dunia ini menjadi tempat yang baik untuk di
tinggali manusia, serta buktikan pada dunia bahwa Islam adalah Ramhamatan lil ‘alamin
yang dapat menjadi solusi bagi kerusakan peradaban saat ini. Good Night !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar