Alkisah hiduplah 2 orang anak perempuan. Sebut saja mawar dan melati. Mereka berdua
bersahabat sangat erat. Mereka pun umurnya sepantaran. Seringkal waktu libur
mereka habiskan untuk bermain bersama. Namun , tempat tinggal mereka berbeda. Sekolah mereka berbeda. Namun kecerdasan mereka boleh dibilang sama.
Mereka sama-sama termasuk yang pintar di kelas. Hampir setiap kenaikan kelas,
masing-masing dari mereka menanyakan ranking satu sama lain. Mereka pun tak
jarang belajar bersama, saling menginap dan sebagainya. Mawar sewaktu kecil
boleh dibilang pribadi yang luar biasa. Pengertian dengan orang tua, selalu
membantu orang tua, hafal al-qur’an, bahkan sejak sd dia sudah berani memakai
jilbab ( gamis). Berbeda dengan melati , meski ia juga pintar dan cerdas namun
ia pemberontak ulung, sangat malas untuk membantu orang tua, saat bermain pun
hanya memakai kerudung boro2 memakai
jilbab. Tak jarang ia hanya memakai kerudung ditambah daster pendeknya se paha
.Aneh bukan ? entahlah. Bahkan
ibunya pun sangat sulit untuk mengatur
melati.
Tebak apa yang terjadi saat mereka dewasa... ? Semua berubah
180 derajat. Mawar yang dulu sejak SD sudah memakai jilbab, kini jilbabnya ia
tanggalkan. Bahkan kakinya kini nampak tak berbalut kain. Pikirannya hanya tertuju
pada sekolah , sekolah, sekolah serta prestasi akademik. Beasiswa, uang dan
beasiswa.. mungkin itulah yang ia pikirkan. Ketika diajan untuk berdakwah pun
ia enggan. Padahal , sewaktu kecil mawar dan melati adalah sepasang sahabat
yang sangat giar mengkaji islam. Tak peduli berapa orang yang datang di
pengajian tersebut, seberapa jauh tempatnya , sebarat apapun materinya mereka
jabani. Terlebih mawar sangatlah menonjol berkat kesholihannya. Lalu melati ?
Meski ia merupakan anak yang sangat susah diatur, pembangkang, nakal dsb, namun
ia tumbuh sebagai sosok yang berbeda. Ia memutuskan untuk menjadikan islam
sebagai tujuanya. Hal ini terjadi
menjelang mereka dewasa, akal mereka
memutuskan hal yang berbeda. Dan mereka
memutuskan untuk memilih jalan hidup yang berbeda., semata karena pemikiran. Ya
pemikiran.
Saat mereka menjelang dewasa rupanya ada perbedaan proses
yang mawar dan melati alami. Mawar masuk ke sekolah yang sangat study oriented,
sedang melati masuk pada sekolah yang bisa dikatakan kondusif akan islam. Tentu
saja seiring berjalannya waktu, asupan pemahaman lah yang akhirnya membuat
mereka membuat keputusan yang berbeda.
Lantas kenapa mawar berubah padahal saat kecil ia merupakan anak yang
sangat baik ? Ya.. sebab saat kecil mungkin sikap baik itu ada bukan karena
pemikiran namun karena yang lain.. bisa jadi pujian, dorongan perasaan saja
atau yang lain. Sedangkan saat dewasa.. karena tidak diberikan pemahaman islam
serta mawar pun lebih memilih akademik daripada sekedar meluangkan untuk
mengkaji Islam. Jadilah keputusan mawar
dan melati berbeda. Pun jg melati yang dulunya bandel, mengapa bisa berubah ?
Sebab saat dewasa.. ia diberi asupan pemikiran Islam serta mejadikanya sebagai
pemahamannya yang diaktualisasikan dalam drinya. Bandel saat kecil pun itu bukan berdasarkan
pemikiran melainkan sekedar baawaan naluri dan perasaan.
Dari sini banyak yang bisa diambil. Bahwasannya perubahan perilaku hanya bisa terjadi saat
pemikiran diubah. Bukan semata-mata
baiknya orang itu karena bawaanya sejak lahir begitu. Oleh karena itu
kebaikan atau keshalihan yang muncul bukan karena pemikiran melainkan yang lain
seperti perasaan ataupun lingkungan, itu semua hanya bertahan sementara. Sementara sikap yang didasarkan karena
pemikiran , baik itu kebenaran maupun keburukan tentunya akan bertahan lama dan
sangat konsisten. Maka jika ingin mengubah orang lain, masyarakat bahkan
negara.. ubahlah pemikiran yang bercokol didalamnya. Pengondisian hanya akan
bertahan sebentar dan tidak akan membuat sebuah pemahaman. Just it story i shared to you. Pstt... this
story above is true story..! ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar