Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Jumat, 22 Februari 2013

Paradoks Negeriku


                                                     
Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa negeri ini adalah sarang dari berbagai masalah. Negeri yang katanya tampat bermukim kaum muslimin terbesar dunia. Negeri yang katanya mempunyai sejuta  kekayaan dari sang Rabb. Negeri yang katanya mempunyai penduduk yang ramah. Ternyata menyimpan beribu masalah didalamnya.

Padahal negeri ini katanya sudah merdeka selama 68 tahun, tapi perangainya layak berumur remaja. Penuh dengan ulah, dan tak mengerti lagi apa maunya. Pemerintah yang dzolim, rakyat yang menderita, ummat yang enggan kembali pada aturan Rabb, orang-orang yang mementingkan kepentingan pribadi. Tidakkah kalian semua melihat hal itu ?


Kita sudah tidak bisa menutup mata lagi akan semua permasalahan di negeri ini. Sudah terlalu banyak hingga menyesakkan dada. Disaat negeri muslim lain menderita dan kehilangan anak-anak mereka karena rudal-rudal kafir, bayi-bayi di negeri ini justru dibuang ke got ataupun di aborsi akibat dari liberalisme yang melanda remaja. Disaat kaum minoritas muslimin berusaha untuk mengenakan jilbabnya mati-matian. Negeri kita, justru jilbab dilarang .. aurat dijual bebas tanpa harga.  Lalu masihkan kita mencintai negeri ini atas nama nasionalisme. Padahal karena nasionalis dan demokrasilah negeri ini menjadi hancur.

Paradoks Negeriku
 
Tahukah kau ? Negeri kami sangatlah subur..

Hingga banyak dari kami yang tak mampu membeli beras

Penduduknya pun sangat ramah..

Hingga kau bisa melihat tawuran pelajar di jalanan dengan mudah

Kami pun saling mencintai dengan baik

Hingga kau bisa menemukan bayi di tong sampah hasil dari cinta kami

Pemimpin kami juga sangat pintar..

Ketika rapat mereka hanya perlu tidur untuk merumuskan undang undang

Mereka juga gemar berdagang

Sampai –sampai hak kami pun di jual ke orang asing

Selain itu, negeri kami pun sangat kaya

Hingga pemimpin kami harus korupsi agar kekayaan kami tidak mubazir

Dan yang paling membanggakan adalah..

Kami adalah rakyat yang berbakti kepada pemimpin

Kami tidak ingin menyusahkan pemimpin kami..

Jadi kami membayar pajak untuk membangun negeri kami..


Tidakkah itu negeri yang membanggakan ?

Hingga banyak dari kami rela menjadi pahlawan atas nama devisa negara..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar