Tifa at-Taqiya ...

Write your dream on the paper with a pencil hope, and let Allah erases some part to change with great story..

Senin, 29 Agustus 2011

My Ice Mountain..!

Hosh.. hoshh.. napas ku semakin kacau saat aku mendekati gerbang sekolah. “ Haap...” dengan sedikit gaya wonderwoman, aku melompati pagar sekolah yang tingginya 1,5 meter. Satpam hanya bisa menggelengkan kepala saat ia tak mampu menangkapku. Jelas saja, aku seorang jilbaber , juara umum, tapi perilaku layaknya anak preman jalanan. Dengan kacamata yang lumayan besar ini, mungkin aku saja bisa lengah dari para guru yang sedang patroli. Tapi tenang saja, kartu dispensasi selalu ditanganku. So, tak ada lagi yang bisa mengangguku.

Di detik – detik terakhir penyelinapanku ke kelas, tiba – tiba seseorang menarik tasku dan menyeretku ke kamar mandi. Aku pun memberontak layaknya ayam hutan.“ Wooi lepasin aku..,, siapa sih ini ?” Aku tak mampu melihat, mataku ditutup sapu tangan. Aku hanya berdoa,mudah – mudahan ini bukan bu Erna ‘Sang pembunuh’.

“ ehmm.. tebak aja ini siapa..?” suaranya berat menggema.
Deg.. ‘ mati aku! siapa ini?’ hati ku berdetak kencang saat ku tahu bahwa yang menyekapku di kamar mandi adalah seorang ikhwan. “ Aaaa... kurang ajaarr..!!” Gubraak..!. Pukulan maut pun aku lemparkan ke pipi kanannya. Tanpa melihat wajahnya aku langsung kabur dan lari ke kelas. Untung saja di kelas tidak ada guru karena semuanya rapat.

Braak .. kulempar tas ku dari jarak 1 meter ke kursi paling belakang. Entah mengapa, meski aku duduk paling belakang namun juara umum selalu menempel di jidatku.Dengan tangan terlipat dan kepala tertopang, aku hanya mampu memejamkan mata dan beristighfar sebayak – banyaknya.

gilaa... siapa tadi ? Ya Allah .. untung gak di apa – apain. Berani banget dia, emang dia gak tau siapa aku ? emangnya jilbab sama kerudung yang gede ini gak cukup apa nandain identitas aku ?.”

Ditengah hatiku yang masih shock, Nila me’noel’ku dengan watados (wajah tanpa dosa).
” Za.. za.., eh mau aku kasih tau kabar baru gak?” sambil mendekatiku.
Dengan ketus aku menjawab “ gakk..!!” . Bibirnya yang tipis itu maju“ Iihh.. kok kamu gitu sih ? tumbeenn, biasanya up to date”
“ kan biasanya.. berarti kalo sekarang nggak gpp kan?, nti aja deh.. aku lagi badmood nih !?” sambil menaikan alis. Nila hanya merengut dan menopang dagunya sambil memainkan pensil.

Krik..krik.. suasana tiba – tiba sepi dikelas, padahal semua anak XI. Ipa 1 masuk. Kata orang tua sih,kalo tiba – tiba sepi tandanya ada setan yang lewat. Tapi ternyata yang lewat bukanlah setan tetapi seseorang yang membuatku shock layaknya melihat setan beneran.. “ Indra..? ngapain dia disini ?bukannya dia sekolah di Australia? ” hati ku berteriak.. dan..ee.ee.. tunggu ..ada bekas luka di pipi kanannya.

Hatiku smakin berdegup saat anak baru dikelasku itu ternyata orang yang kutinju tadi. “ habislah aku..” gumamku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan banyak – banyak beristighfar. Tiba – tiba, saat ku membuka mata kembali, mukanya tepat berada didepan ku. “ haaaa...!!?” karena kaget, aku pun mendorongnya hingga tersungkur.

Seketika semua mata mengarah kepada ku, aku hanya nyengir dan berkata ..” heheh maap ya ,, aku alergi ikhwan, jadi jangan deket – deket..”.Konyol memang, tapi temen – temen sekelas sudah maklum dengan kelakuanku itu.Tapi mungkin mereka gak nyangka kalo aku tetep begitu sama anak baru sekalipun.

Huuhh.. melelahkan.hari itu adalah hari terburuk sepanjang aku SMA. Bagaimana mungkin, disaat aku sudah paham Islam dan nyaman menjalankannya, tiba – tiba masa lalu ku datang. Mau tak mau ini harus kuhadapi. Mungkin ini merupakan ujian pengendalian diri dari Allah.

Hari kedua sejak ia datang di kelasku, kejadian memalukan kembali menimpaku. Setelah pulang sekolah,seperti biasa aku pulang bersama sahabat seperjuanganku Nila. Tiba – tiba, Indra datang menghampiri ku dan memberikan surat berwarna merah jambu kepadaku yang bertuliskan ‘ To: Zahra’. Spontan , aku langsung merobek surat tersebut dihadapannya dan marah – marah
“ehh.. antumm!... ana tau kita dulu udah pernah berhubungan... Tapi please..!? itu dulu..! sekarang ana udah tau Islam, kita gak bisa ngomong bebas kayak dulu lagi..! kenapa sih antum dateng pas ana udah nyaman dengan Islam..? “ .

Melihat aku yang emosi, Indra hanya diam mematung sambil melihat serpihan surat yang aku robek,sedang aku pergi sambiil menelan gondok yang besar di tenggorokanku. Sudahlah memberi surat ditengah lapangan, diliatin temen – temen dan guru lagi. Yang lebih parah, pembina rohisku, Teh Sila melihat kejadian itu sambil menggelengkan kepala.

Semenjak kejadian itu,entah mengapa aku tak kuat untuk melirik kearah dia. Apalagi bangkunya diseberang bangkuku, tak tahan rasanya ingin meliriknya. Aku hanya sesekali berdoa kepada Allah untuk menguatkan imanku. Sebab, apabila perasaan itu ada lagi, bisa gawat jadinya.

Seminggu, dua minggu, tak terasa sebulan ia dikelasku. Namun anehnya, kami belum pernah bicara sekalipun, mungkin hanya sekedar “maaf..,,” atau “ permisi” selebihnya hanya saling memasang wajah acuh tak acuh. Jangankan mengobrol, untuk mengabsen anak kelas saja aku ogah untuk menyebut namanya. Bukan karena tak mau, tapi jika itu aku lakukan pasti teman-teman akan menyorakki ku dan Indra.

Dua bulan kini tlah berlalu. Selama tengganng waktu itu pula aku masih berfikir bahwa ia masih menyukaiku setelah dulu berpacaran. Kalau memikirkan masa laluku, rasanya aku ingin muntah, sedih, jengkel, marah pokoknya campur aduklah . Kenapa aku bisa berpacaran dengannya ? Apalagi, dulu aku yang mengejar-ngejarnya lagi..? Dasar cinta monyet, begitulah setan memanfaatkan ghorizahku demi kepentingannya. Ya Allah.. kalaulah aku tidak mengingat masa laluku yang kelam, mungkin aku tidak mempunyai rasa jengkel yang besar terhadapnya.

Namun, suatu hari, persepsi ku tentangnya berubah 180 derajat dari sebelumnya. Ketika aku menghadiri suatu daurah di masjid yang cukup besar di kotaku, tiba – tiba aku melihat Indra didepan masjid sambil memakai ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid sebagai satgas acara. Aku pun tercengang melihatnya, sambil mengucek – mengucek mata berjalan ke pintu masuk melewatinya.
“ ya Allah, beneran tuh orang jadi satgas..? tuh orang udah paham Islam apa belum sih..? kalo udah, kenapa ia ngirim aku surat..? huuuhh.. pusing dah..!” gumamku dalam hati.

Keesokan harinya, aku pun diam – diam memperhatikan gerak –geriknya. Mulai dari masuk, hingga keluar kelas lagi. Ketika ia keluar, diam – diam aku pun melihat buku - buku serta barang – barang disekitar mejanya, memang sih tak etis,tapi mau bagaimana lagi, keingintahuanku mendobrak semua norma – norma itu. Saat aku mendekati mejanya, diriku kaget bukan main saat aku melihat sampul belakang bukunya bertuliskan “ I’m proud to be a muslim” , “ Khilafah is the answer”, serta kalimat – kalimat lain, yang menunjukan bahwa ia adalah teman seperjuanganku. Seketika aku lemas terduduk di lantai sambil menatap kosong.

Aku benar – benar tak menyangka bahwa ia sudah berubah. Lalu, jika kenyataannya ia sudah paham Islam, untuk apa ia menarik tas ku dikamar mandi dan memberikan surat untukku..?. Apa aku yang salah paham..? huaaa..!Kepalaku semakin lama berputar tak karuan, kalau begini terus aku bisa gila memikirkannya. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepadanya.

Saat pulang sekolah, aku meminta Nila untuk menemani ku menemui Indra, sebab jika aku sendiri jatuhnya bisa berkhalwat.Aku pun menyamperinya “ Ehh.. Indra..!” sahutku.

Ia hanya menoleh tak menjawab.
“Hmm.. ana mau nanya sesuatu nih sama antum, tapi ana mau antum jawab yang jujur..” tanya ku sambil berkacak pinggang didepannya.
“ kenapa..?” jawabnya dingin. “ Sbetulnya, antum itu masih nginget – nginget masa lalu kita gak sih..? ana bingung, 2 bulan yang lalu antum narik tas ana dikamar mandi, trus ngirimin ana surat . Ehh tiba – tiba ana liat antum jadi satgas di acara dauroh kemarin. Ana jadi bingung, antum itu udah ngaji belum sih..?”
Ia terdiam sejenak , dan mengehela napas. “ huuuh..gini aja deh.kalo, anti pengen tahu..? besok anti dateng aja pagi – pagi ke sekolah, terus liat.. ada barang apa di meja anti..” Ia pun pergi sambil menggendong tas hitam – silvernya yang sebesar karung beras itu. Kini cara berjalannya pun berbeda, tak seperti dulu yang sok kegantengan. Ia hanya menunduk penuh kehati – hatian.

Keesokan harinya, aku pun datang pagi – pagi sekali. Tak tanggung –tanggung, jam setengah 7 pagi aku datang padahal jam setengah 8 aku baru masuk. Saat aku masuk kelas, memang benar secarik surat tergeletak menyendiri di mejaku. Dari warna kertasnya saja sudah membuat hatiku berdegup. Biru , itulah warna yang sering aku publikasikan sebagai warna kesukaanku. Perlahan – lahan aku membuka kertas itu, dan isinya...

Assalamualaikum. Wr.wb
Untuk ukhti seperjuangan, Zahra.
Sebelumnya, ana ingin mengucapkan permohonan maaf ke ukhti kalau memang ana ada salah. Jujur selama 2 bulan ini, banyak hal yang mengganjel di hati ana. Ana tau kita dulu pernah ada hubungan, tapi itu masa lalu. Dan ana pun gak pernah nginget – nginget itu, bahkan, kalau bukan karena anti yang ngingetin duluan, ana mungkin gak inget sama sekali. Masalah surat yang waktu itu ana kirim, itu sama sekali gak ada kaitan dengan hubungan kita dulu, surat itu berisi tentang permohonan kakak ana ke anti untuk ngisi pengajian di kompleknya.
Jujur, awal ana masuk ke sini, ana seneng banget pas tahu bahwa antum itu ketua rohis akhwat,karena dengan gitu, rohis akhwat dan ikhwan bisa kerjasama dengan baik. Tapi ngeliat anti yang sinis begitu, ana jadi bingung sendiri. Serba salah dan salting , itulah kenapa kita gak pernah ngomong sama sekali. Tapi ana selalu huznuzhon, bahwa anti membenci ana karena Allah. Buat masalah yang dikamar mandi, perlu anti ketahui itu bukan ana ..!! setelah ana tanya ke anak kelas lain, ternyata itu anak Ipa.2 yang sirik sama prestasi anti. Jadi, ana harap anti gak salah paham lagi sama ana..

Ana pikir cukup itu aja yang mau ana jelasin ,ana memilih menyampaikan lewat surat karena kalo pake lisan takut menimbulkan fitnah.Sebelum ana balik ke Australia lagi, ana Cuma berharap gak ada persepsi buruk diantara kita. Sebab meskipun lawan jenis, kita ini tetap saudara seperjuangan,gak mungkin kan diantara teman seperjuangan ada penyakit hati..? Ana harap, sepeninggalnya ana ke Australia, rohis di SMA kita bisa jalan dan melahirkan kader – kader berkualitas. Allahuakbar..!
Bogor, 15 agustus 2011

Indra
Tes.. tes.. air mataku jatuh. Entah mengapa, dada ini rasanya sesak. Senang.. sedih.. menyesal semua jadi satu dan tumpah lewat butir – butir air mata. Jujur, aku memang tak bisa menyembunyikan perasaanku padanya. Aku terlau memikirkan masa laluku, padahal ia tidak pernah mengingatnya lagi. Huuuhh... rasanya aku ingin berteriak melepas semua rasa di dadaku dan menangis hingga air mataku habis. Aku akui aku memang salah, aku terlalu sensitif dengan hal – hal yang berbau ‘nau. Yang bisa aku lakukan adalah memohon ampun kepada Allah dan mengambil Ibrah dari kejadian ini. Semoga dengan kepergian Indra ke Australia, aku bisa lebih dewasa menyikapi permasalahan.

I can’t lie to my self, I always hide away my feeling, but I always apraise Allah, because Allah always remind me that the true love is only ’ to Allah’ and ‘because Allah’.


2 komentar:

  1. subhanallah..
    keren tif :) ikh, ngga kuat aku bacanya.. beneran terharu, asa baca nopel apaaaaa gitu :D

    BalasHapus
  2. preeet.. gakk juga kok.. biasa aj.. hehe

    BalasHapus