Bagi para muslim yang sudah tahu bagaimana seharusnya hidup
ini di abdikan , hanya satu kata yang ada di otak kita. Yaitu dakwah. Ya..
kata-kata ini seharusnya menjadi ukiran abadi di hati kita. Ibarat jantung,maka
ia hanya akan berhenti ketika Allah telah memutus mata rantai kita di dunia
yaitu kematian.
Berbagai perjuangan bisa kita lakukan lewat apa saja, selama
sesuai dengan thariqah Rasul. Seperti melakukan pembinaan, menulis, lewat audio
visual dll. Bahkan seminimalnya , setidaknya hanya mengingatkan sahabat saja
sebetulnya itu seudah merupakan akitfitas dakwah. Namun harus disadari bahwa
dakwah bukanlah aktifitas biasa yang bisa disamakan dengan aktifitas lain
seperti belajar, bekerja, mengurus rumah dll. Namun lebih dari sekedar itu.
Sebab dakwah ialah pengorbanan.
Terkadang tanpa kita sadari bahwa kita hendak menjadi
seorang pengemban dakwah yang handal. Kita hanya mempunyai modal satu, yaitu
semangat. Yaa..tak ada yang menyalahkan hal itu. Justru semangatlah yang membuat dakwah kita
terasa hidup. Kita bisa melihat bagaimana kualitas dakwah orang yang punya
semangat dengan orang yang tak punya semangat. Namun cukupkah dengan itu ?
Tidak. Ketika kita ingin sudah meng-azamkan diri menjadi
seorang pengemban dakwah. Maka kita dituntut untuk menjadi pengemban dakwah
professional. Hanya semangat ?. Spertinya tidak cukup. Lihatlah medan dakwah
kita saat ini. Yang kita hadapai bukanlah anak kecil yang hanya bertanya
tentang persoalan sepele saja. Tapi kita menghadapi para pemikir pemikir handal
di luar sana. Lalu sudahkah kita menajamkan cara berfikir kita ketika melihat
sesuatu. Atau cukupkah kita membantah pemikiran mereka dengan semangat tanpa
ada tsaqofah, pengetahuan serta argument yang kritis ?.
Lihatlah diluar sana ?. Musuh kita bukan hanya orang
sebangsa yang berbahasa sama dengan kita. Tapi ribuan agen liberal mancanegara
yang berusaha menghancurkan mereka. Lalu siapkah kita jika tiba-tiba kita
diminta ke palestina atau inggris untuk membantu saudara – saudara kita
berdakwah? Atau apa yang anda lakukan jika seorang turis menghina Islam didepan
anda? Apakah kita memiliki kemampuan yang cukup? Sudahkah kita mempunyai
kecakapan berbicara serta kemampuan berbahasa internasional layaknya para
professional. Apakah kita setara untuk
melawan mereka yang secara kualitas berkelas ‘A+’.
Lihatlah para pemikir barat, mereka merupakan orang-orang
berpendidikan tinggi. Tingkah mereka pun sangat terlihat layaknya intelektual.
Ketika berbicarap pun penuh dengan kehati-hatian dan wibawa hingga mereka bisa
menyihir para kaum muslimin dengan kharisma mereka. Lalu lihatlah pada diri
kita?. Saya tidak meminta untuk menjadi profesor baru menjadi pengemban dakwah,
tidak. Tapi, sudahkah kita menuntut ilmu, menjadi pintar dan kuliah
setinggi-tingginya untuk kemuliaan Islam ? . Apa yang akan mereka katakan jika
para pengemban dakwah merupakan orang-orang yang bodoh, tidak ‘intelek’, dan
tidak berwibawa?. Ya.. hendaknya kita harus bercermin.
Ya. Sebagai seorang manusia, seringkali kita mendahulukan
nafsu kita tanpa berfikir panjang. Terkadang kita meminta kepada Allah agar
dijadikan tentara terbaiknya. Namun, kita sendiri tidak memberikan bekal dan
kemampuan yang cukup untuk diri kita sendiri.
Kita meminta kepada Allah agar selevel dengan para sahabat. Namun, kita
tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi diri layaknya para sahabat yang
mempunyai intelektualitas, kecakapan berbicara, serta penguasaan bahasa yang
luar biasa.
Bagaimana mungkin Islam akan tersebar hingga 2/3 dunia, jika
para sahabat dan generasi daulah mempunyai kualitas seperti kita. Sahabat merupakan orang-orang terpilih yang
mempunyai kualitas super. Lihatlah Mush’ab bin umair, beliau merupakan orang
yang mempunyai kecakapan berbicara yang luar biasa tanpa kemampuannya yang
handal mungkinkah ia bisa meng-Islamkan satu madinah. Lalu lihatlah Muhammad
Al-fatih, dalam usia yang muda ia mampu menguasai lebih dari 5 bahasa asing
hingga ia dikagumi oleh para musuhnya dan pemuka eropa. Dalam argumen, tak usah
diragukan lagi. Sebab, tsaqofah dan pengetahuannya begitu luas akan dunia.
Hingga musuhnya pun harus mengakui kemampuannya dalam beretorika.
Sekarang, kembali lagi ke kita. Sudahkah kita ,mempunyai
kualitas kita sebagai pengemban dakwah yang baik. Islam memang tidak menuntut
kita untuk bisa dalam segala hal. Namun, apakah kita hanya mau menjadi
pengemban dakwah yang biasa dibandingkan yang luar biasa ?. Ini bukan untuk
menciutkan nyali kita, tapi seharusnya ini menjadi cambuk bagi kita semua. Ini
adalah pertanyaan sejauh mana kemauan kita mendedikasikan diri kita untuk
Islam. Ingat! Dakwah adalah pengorbanan.Maka berikannlah yang terbaik untuk
Islam. Tidak ada kata tidak bisa, semua akan menjadi bisa jika kemauan kita
kuat. Dan niatkanlah semuanya karena Allah.Semoga kita bisa menjadi para tentara ALLAH yang terbaik, amieen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar