Pernah kah kita melihat seorang pemulung yang sangat ulet mengorek –ngorek sampah ? Dari raut wajahnya nampak ia tak risih dan sangat asyik dengan pekerjaannya itu. Sejenak, saya pun mikir apakah mereka tidak merasa kebauan dengan busuknya bau sampah tersebut. Jujur, jangankan mengorek-ngorek tumpukan sampah, lewat di tumpukan sampah saja mungkin sudah membuat kita ingin segera pergi. Apalagi bagi pemulung atau pun tukang sampah ini bukanla pekerjaan sehari dua hari, tapi merupakan pekerjaan tetap yang di kerjakannya hampir setiap hari.
Tapi setelah mendalami di biologi (karena jurusan saya biologi), mereka betah bukan karena mereka tidak kebauan. Karena secara biologis, pasti sensor di hidung mereka mendeteksi hal itu. Lalu mengapa ? Ternyata semua itu semua karena mereka terbiasa dengan bau tersebut. Awalnya mungkin mereka pun merasa terganggu dengan bau tersebut, namun mereka sudah terlalu sering mencium bau tersebut, dan akhirnya tanpa sadar tidak menganggap bau tersebut sebagai gangguan. Tapi disini bukan itu yang menjadi titik tekan dalam tulisan saya kali ini.
Sadar atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari kita pun seringkali berbuat demikian. Khususnya pada hal-hal negatif, khususnya berbuat dosa. Awalnya saat kita berbuat kemaksiatan di pertama kali, hati kita terasa tak tenang gelisah. Namun karena sering bikin pembenaran dalam hati “ ahh gapapa kali segini doang “ atau “ Ahh yang lain juga gitu, gak usah lebay-lebay amat “ . Akhirnya entah kenapa alarm dalam hati kita tidak berbunyi lagi. Seakan berbuat hal demikian bukanlah kemaksiatan. Hingga akhirnya kemaksiatan tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh, meninggalkan sholat. Jujur, saya selalu heran bagi orang-orang yang tidak sholat. Apakah mereka tidak merasa gelisah, takut atau bagaimana. Mengapa dari raut , gelagat mereka rasanya seperti tidak bersalah. Ya, jawabannya adalah yang tadi. Mungkin mereka juga merasa itu adalah sesuatu yng salah dan sedikit gelisah. Namun karena terlalu sering hingga tidak menganggap itu adalah sebuah hal yang penting. Itu yang saya sebut sebagai virus “ kotak sampah” alias pembiasaan yang negatif.
Begitu pun hati dan keimanan kita.Saat kita membiarkan penyakit hati dalam diri. Maka ia akan tetap melekat disana. Saat kita mulai berani mencoba sebuah kemaksiatan serta lalai akan sesuatu, maka itu akan membuka peluang untuk bermaksiat ke yang lainnya serta menganggap hal tersebut adalah perkara biasa. Sebagai contoh, pada saat ia pertama kali mangkir dari amanah mungkin ia akan deg-degan. Namun karena keseringan berkali-kali . Akhirnya ia menganggap itu adalah hal yang biasa dan seringkali muncul pembenaran-pembenaran dalam benak kita. Padahal disaat yang sama kita sedang dibebani dosa. Jujur saya pun masih begitu, kita saling share saja.
Atau misalnya tentang melalaikan sholat. Bagi orang yang sering melalaikan sholat bahkan hampir setiap sholatnya berada di waktu akhir, tentu jikalau sholat di awal waktu akan terasa aneh. Sebab ia terbiasa di kemaksiatant tersebut dan bukan menganggap itu sebagai dosa. Justru ketika kembali ke aktifitas yang benar merasa aneh.Dalam kehidupan masyarakat, awalnya dulu pacaran dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan tabu. Namun bisa dilihat saat ini ? Bukan aneh lagi, bahkan sesuatu yang rasanya hampir wajib. Bahkan tak sedikit orang tua yang malu saat anaknya tak punya pasangan. Menyedihkan bukan ? Ya , akan terasa menyedihkan bagi yang menganggap Islam adalah sesuatu yang penting.
Terlepas dari perbuatan pribadi. Fenomena rusaknya masyarakat, jauhnya negeri ini pun tentu harus kita sikapi dengan bijak. Jangan sampai virus “ kotak sampah” menggerogoti kita pula. Maksudnya seperti apa ?
Waktu teman-teman kecil , apa perasaan kita saat pertama kali mendengaar ada berita pembunuhan ?. Waah.. saya sendiri merasa ngeri banget ya. Atau ada beberapa kosakata kriminal yang saya rasa itu menyeramkan sekali. Tapi kalau ditanya sekarang, apakah saya masih merasa ngeri seperti pertama kali mendengar ? Tidak. Karena hampir setiap hari saya mendengar ada berita pembunuhan di negeri ini. Dan akirnya biasa saja. Nah.. begitu pun kita yang mungkin tidak melaksanakan kemaksiatan itu. Meski dalam kondisi sekuler saat ini kemaksiatan begitu banyak, dianggap awam, serta semakin beraneka ragam. Bukan akhirnya membuat diri kita terbiasa, dan akhirnya tanpa kita sadari menganggap itu bukan sebuah ke-errorran negeri.
Pernah terbesit dalam pikiran saya, mengapa hari ini nyawa orang begitu mudah di hilangkan, kemudian kehormatan wanita begitu mudah di lecehkan bahwa oleh perempuan itu sendiri. Mengapa ? Ya .. mungkin karena salah satunya pembiasaan dalam benak kaum muslimin. That’s the point guys, makanya kaum kafir juga memalingkan kita gak secara to the point tapi melalui pembiasaan . Mulai dari pembiasaan secaar visual, ide-ide, yang kemudian berimbas pada tingkah laku.
So, what should we do now ? Buat yang masih berkutat dalam masalah individu , yuuk kita berubah dan ubah kebiasaan kita. Bukan buat apa –apa bro, buat Allah doang. Dan jangan pernah mencoba untuk buat kemaksiatan sekecil apapun. Why ? Karena sekalinya kita nyoba, pasti bakal ketagihan. Ingat setan gak pernah berhenti menyesatkan manusia. Sekali bohong.. pasti bakal keterusan. Sekali lalai dalam amanah, bakal ketagiha juga. So, jangan coba-coba ya.
Gimana kalo yang kena virus “ kotak sampah” bukan kita, tapi lingkungan bahkan negeri kita. Pertama, buat kitanya jangan sampe terpengaruh dan menganggap hal itu biasa. Sebab, mau sebanyak apapun orang yang ngelakuin, serta 1 negeri ini bilang itu adalah hal yang boleh. Tetep aja gak boleh . Da hakikatnya ia adalah kemaksiatan yang harus di amar ma’rufi. Kedua, kita lawan juga dengan pembiasaan Islam. Dan satu-satunya cara ampuh menurut tuntunan Rasulullah adalah amar maruf nahi munkar secara terus menerus alias dibiasakan. Dan ini ampuh banget loo. Sebagai contoh. Ibu saya pernah bilang, jaman ibu saya dulu yang pake kerudung itu dikit banget. Bahkan di kampung
halaman ibu saya di Riau, yang pake kerudung cuma satu. Tapi bisa kita lihat sekarang .. yang menggunakan kerudung bertebaran dimana-mana. Tidak ada lagi stigma negatif terhadap yang memakai kerudung, di sangka teroris dsb. Mengapa ? Tadi karena masyarakat terbiasa, dan tahu alasan penggunaan kerudung. Begitu pun saat ini, mungkin masyarakat kini enggan terhadap Islam karena belum terbiasa. Namun, saat kita kontinu mengopinikannya ke lingkungan sekitra, juga dibantu dengan pejuang yang lainnya. Insya Allah, masyarakat akan terbiasa dengan Islam dan mau menerima Islam secara lapang dada.
jadi tugasnya ? ya udah .. dua poin itu aja sii. Gak repot kan. Sama saya juga lagi belajar. Belajar agar gak kena virus ini. Karena aseliii.. ini virus bahaya banget. Baik masyarakat umum, maupun orang yang ingin disebut sbg pengemban dakwah.
Okaay. That’s from me. Hope you like and can empowering you ! Thanks for reading. Bye ! ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar