Sudah hampir 2 tahun aku
kuliah. Dan Alhamdulilllah Allah memberikan banyak sekali pelajaran hidup yang
luar biasa. Salah satunya dari teman-teman
sma ku yang luar biasa. Aku lihat di sosmed. Ada yang jadi ketua organisasi,
jadi pembicara, jadi orator, jadi kordinator acara , lomba tingkat nasional ini itu . Subhanallah . Bangga punya teman
seperti mereka. Kadang jadi kepikiran..
hmm aku ? Dari fakta yang aku lihat tersebut, akhirnya banyak
terselip mimpi –mimpi yang aku harapkan dapat terwujud.
Namun, belakangan ini aku
baru saja mengalami rentetan kejadian yang mmbuat aku sedikit faham
tentang arti sebuah mimpi.
Kebanyak orang ketika dia bermimpi, ia membuatnya sesuai dengan keinginnnay. Kemudian lantas mengejarnya dan berusaha sekuat tenaga agar ia tercapai. Namun , kadang ada satu hal yang terlewat. Sebelum kamu bermimpi, mari tanyakan pada
diri kita sendiri. Kenapa kita bermimpi demikian ? Kenapa kita punya mimpi
seperti itu ? Apa tujuannya ? Apakah kita bermimpi untuk mendapatkan pujian
orang ? atau meraih prestasi diri ? atau hanya untuk kepuasan intelektual ? atau yang lain. Atau kah memang mimpi itu kita semaikan semata untuk menjadi jembatan menuju keridhoan
Allah. Sebagai contoh, misalnya kita
ingin sekali suatu hari kelak menjadi orator dalam suatu / event besar . Mari
kita tanyakan pada diri kita, untuk apa kita punya mimpi demikian ? Apakah agar
kita terlihat hebat ? Apakah karena ingin mengejar prestasi atau target pribadi
? ataukah semata karena ingin melalui lisan kitalah orang-orang tersadarkan
akan Islam ? Nah.. kurang lebih gitu.
Atau misalnya .. " Kenapa ingin jadi guru ?" , Ingin jadi guru karena gajinya gede ? Ingin jadi guru karena idaman calon suami ( katanya) ? Ingin jadi guru karena meluruskan tradisi keluarga ? Atau kah krena ingin membina dan mencetak generasi berkualitas. Atau kenapa ingin jadi dokter ? misalnya karena ingin jadi kaya. Yupz.. gak masalah punya alasan itu. Wajarlah yaa.. mana ada orang mau hidup susah. Tapi alangkah rendahnya hidup ini jika kita mengejar pendidikan dokter bertahun2 hanya karena ingin hidup sebagai orang kaya dan tidak susah ? Lantas jika sudah jadi orang kaya, lalu apa ? Sungguh sangat mulia, jikalah alasan tersebut diselipkan semata unutk menjadi jembatan menuju ridhonya Allah. Misalnya.. ' Iya .. saya ingin jadi dokter agar penghasilannya banyak.. dengan demikian saya ga usah sibuk ngurusin uang dan bisa berdakwah giat.. dan juga ingin bisa banyak mmbantu jalan Allah melalui harta saya"
Nah.. mana yang lebih mulia ?
Memang, kita tidak bisa lepas dari gharizatul baqa' atau naluri mempertehankan diri.Naluri ini pasti memang akhirnya meyakini bahwa ambisi, popularitas, egoisme , dan rasa nyaman itu selalui diinginkan manusia. Tapi mari kita fikirkan lagi, pantaskah kita sebagai hamba Allah yang notabenenya nnti akan menemui kematian, justru membuat mimpi yang tak menyelipkan keridhoan Allah disana ? Bukankah hidup kita semata unutk beribadah kepada Allah. Jujur.. aku baru benar-benar menyadari hal itu di semester 4.
Hal ini sangat penting
kawan. Penting sekali. Sebab, akan berpengaruh saat mimpi itu tak tercapai.
Jika mimpi kita itu dilandasi motivasi ingin mencapai ridho Allah semata. Tentu
ketika mimpi itu tak tercapai, hati kita pun tetap tenang dan justru bangkit
untuk menjadi lebih baik lagi. Senantiasa optimis bahwa Allah akan memudahkan
jalan hambanya yang ingin berlari menujuNya. Ya .. Insya Allah. Sedangkan jika
kita membangun mimpi atau membuat mimpi yang didasarkan pada pemenuhan baqa’
dan didasarkan pada kepuasan diri. Maka
ketika kita gagal , tentu akan sangat sulit untuk gagal. Dan ketika gagal
rasanya akan sangat sakit. Apalagi jika kita sudah berusaha hingga mengorbankan
semuanya.
Apalagi.. hidup kita
semata hanya untuk Allah kawan. Pantaskah kita menyemai mimpi yang bahkan tak
berpengaruh untuk kehidupan akhirat ? Pantaskah kita mengejar sebuah ambisi
yang hanya berpengaruh untuk diri kita sendiri bukan untuk umat. Bahkan ekstrim saya, jika kita mengejar mimpi yang itu hanya sarat muatan eksistensi diri tanpa berpengaruh pada kehidupan akhirat , lebih baik tinggalkan dan buang saja mimpi itu. Tapi itu ekstrim aku yaa. Karena buang-buang waktu, jikalau kita mati ? lalu apa ? toh tak berpengaruh bagi akhirat bukan ?
Maka , mari kita koreksi mimpi-mimpi kita.
Jika di masa depan kita ingin menjadi orang yang kaya, mari tanyakan pada diri
kita. Mengapa kita ingin menjadi orang kaya ? memangnya apa yang spesial dari
mereka ? Apakah karena ingin kedudukan yang tinggi, dan hidup yang mudah semata
? Atau karena ingin mmpermudah aktifitas
dan agenda dakwah serta bisa bershadaqah lebih banyak ? . Masalah alasan,
sebetulnya itu terserah pada diri kita sendri. Yang penting jangan lupa bawa
Allah disetiap mimpi kita. Mari hindari mengejar ambisi yang hanya menuhankan
baqa’. Itulah yang aku sebut sebagai " Bermimpi karena Allah"
So, pesan aku. Bagi
sahabat yang kini sudah memiliki mimpi, mari kita cek sebentar dan luruskan
niat. Bagi yang belum memiliki mimpi.. bermimpilah ! Bermimpilah , buatlah
mimpi yang mampu membuat jembatan menuju RidhaNya. Bukankah para ilmuwan di era
kekhilafahan dulu bermimpi membuat pesawat, kacamata, belajar astronomi dsb
semata karena ingin memudahkan kaum muslimin dalam beribadah. Dari situlah
cahaya Islam dapat terasa oleh seluruh dunia, termasuk kaum non muslim. Maka
bermimpilah karena Allah. Torehkan mimpimu dengan usaha, hembuskan nafas
harapan melalui doa-doa. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar