Menjelang pemilihan
presiden kali ini semakin panas. Menjelang hari H, kampanye bukan dilakukan
oleh timses presiden tapi sama pendukungnya yang entah kadang pake logika aneh.
Bawa-bawa dalil. Dll. Padahal sejatinya ketika kita memilih pemimpin , yuu kembalikan
lagi pada standar hukum syara’, sperti apa syaranya, siapa yang harus kita
pilih sekaligus sistem apa yang wajib kita pakai.
Beberapa momen di kampus,
sempet denger ocehan para mahasiswa.
X: “ Mau milih ga ?”
Y : Enggak tau..euy ..
Ada juga z : Gimana milih
no berapa ?. Udah istikhoroh belum “
Y : saya mah milih *
tuuuut* yang penting gak golput.
Deg! Miris. Ketika pemilu
hanya menjadi sebuah ceremonial belaka tanpa tau esensi akibat nya. “ yang
penting.. milih” begitu benakya. Saya punya pemikiran sendiri soal pemilu. Saat
ada yang nanya “ Tipp.. milih ga ?”. Saya bilang enggak.
Mungkin beberapa orang
merasa aneh, saya suka banget ngomongin kondisi negara,tapi kok malah gak ikut
–ikuta . Justru karena saya tau , konsekuensi dari memilih pemimpin dalam
sistem demokrasi. Maka saya memutuskan untuk memilih untuk tidak memilih. Saya justru ingin sekali bertanya dan
penasaran, khususya pada kaum muslimin yang menyatakan setuju bahwa demokrasi
itu bukan produk Islam dan pangkal utama kesengsaraan. Namun faktanya, malah
ikut dalam proses pemilihan demokrasi.
Dengan berbagai alasan
misalnya yang mudhorotnya lebih kecil. Saya katakan, bukankah ketika kita ikut dalam proses
pelanggengan demokrasi 5 tahun kedepan itulah mudhorot yang sangat besar. Dan
ingat juga, ketika kita mau mengatakan mashlahat dan mudhorot harus disesuaikan
dengan Islam . Apakah Islam mengatakan suatu perkara adalah mudhorot atau
maslahat.
Mari kita berfikir
sejenak, apakah kita yakin hanya sekedar memilih pemimpin lantas negeri ini
berubah kondisinya ?vTidak, kawan.
Presiden hanya seorang pengendara yang jalanya akan mengikuti sistem
sebagai motornya. Jika kita ingat kembali sewaktu SMA, presiden termasuk
lembaga eksekutif. Presiden hanyalah eksekutor dalam mengatur negeri ini.
Sedangkan yang mengatur penuh negeri ini adalah undang-undang yang dibuat oleh
DPR . Maka mau sebaik apapun pemimpin negeri ini, selama undang-undang yang
dipakai negeri ini adalah UU liberal, sekuler, kapitalis. Maka kondisi tidak
akan berubah, kenapa ? Karena presiden tidak akan bergerak melenceng dan agar
berada pada jalur uu yang telah ditetapkan DPR. Padahal seperti yang sudah
dijelaskan, UU negeri ini cacat total.
A
Maka masihkan kita
berharap Islam mampu untuk muncul dalam sistem demokrasi ? Ingat demokrasi,
tidak akan pernah membiarkan embrio kebangkitan Islam lahir. Mengapa ? Karena
ia tahu bahwa ketika Islam bangkit, ia akan menghancurkan diri dia sendiri.
Saya harap, untuk
siapapun yang membaca ini. Baik yang mengenal saya ataupun tidak telah memiliki
pilihan yang tepat. Karena semua tindakan kita akan dimintai pertanggung
jawabannya oleh Allah. Alasan kita, hujjah kita, dalil yang kita pakai, semua
di yaumil akhir kelak akan ditanyakan oleh Allah. Karena semuanya telah
termaktub dan terpancar dari Al-Qur’an dan Assunnah .. tinggal kita mau
memakainya atau tidak. Wallahu’alam bishawwab
Nb: Bagi sahabat-sahabat
yang ingin berdiskusi lebih lanjut, atau apapun mangga ..^^ Tifa sangat senang
bisa berdiskusi.. but bukan di komen atau online. Tapi langsung ketemuan..
sekalian silah ukhuwah J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar