“ Y memang cuma itu. Cuma pertemanan yang diikat oleh satu
pemikiran yang benar2 kuat ...”. seorang senior menasihatiku . Aku mengangguk mengiyakan.
6 bulan sudah, hidup dilingkungan yang baru. Berinteraksi
dengan orang-orang yang baru. Latar belakang yang baru, pemahaman yang baru
serta pemikiran yang berbeda-beda. Sudah 6 bulan, pula aku merasakan ada yang
aneh ketika aku berinteraksi. Bukan aneh, tapi perasaan yang sepertinya hilang
.
Akhir-akhir ini intinya aku menyadari sesuatu. Bahwa persahabatan
sejati, hanya akan didapat ketika kita memilikan satu pemikiran dan perasaan
yang sama. Ketika keinginan kita sama2 ingin ditundukan pada hal yang sama.
Ketika aqidah menjadi landasan dan menutupi semua ego yang lahir disana. Ketika itu semua terwujud dalam persahabatan
kita, maka kamu akan merasakan sebuah
ikatan irasional yang kadang tak sampai akal untuk terjadi.
Bayangkan , ketika aku pertama kali menginjakan kaki di bumi
siliwangi. Aku dijamu hangat layaknya bagian dari mereka tanpa ada rasa
canggung. Bahkan sahabat-sahabat itulah yang memperkenalkan diri dan terbuka
terlebih dahulu dibanding aku. Sahabat-sahabat itulah yang mengajarkanku hidup
di dunia kampus yang keras. Padahal jika difikirkan kembali .. siapa mereka?
Aku baru kenal beberapa hari yang lalu, beberapa jam yang lalu, bahkan beberapa
menit yang lalu. Dan aku sadar semua
itu, karena pemikiiran dan perasaan yang sama. Karena kami menundukan ego kami
pada hal yag sama.. yaitu ISLAM.
Lain sahabat, lain lagi cerita. Ketika aku kembali
mengunjungi rumah keduaku. Aku dipaksa berkali-kali mengucap syukur dan pujian
kepada Allah karena betapa besarnya karunia Allah untukku. Aku diberikan
sahabt-sahabt yang luar biasa menyayangiku tanpa pamrih. Bayangkan saja mereka
rela menungguku hingga jam 12 malam di sekolah , agar aku tidak sendirian
begitu sampai di bogor. Mereka juga yang
membantuku mengurusi amanah kampus, padahal kalau difikir.. mereka tak dapat
upah apapun sertifikat sja tidak.
Bahkan
diantara mereka ada yang sakit, namun tetap datang untuk membantuku mengurusi
urusan kampus . Mereka dengan senang hati membantu ini dan itu. Mereka
pula yang meladeni tingkah aneh dan menyebalkanku . Menyisakan makanannya
untukku, mengurusi ini dan itu ... bahkan sampai hal yang sepele dan menurutku
tak penting, Semua diperhatikan. Aku bergumam dalam hati . “ inilah persahabatn
yang Allah janjikan ...”
Dilain sisi, di kehidupan ku yang lain, di lingkungan tempat
aku menggapai mimpiku. Meski temanku banyak. Orang –orang itu hanya datang
kepadaku ketika butuh. Memperhatikannku saja.. karena takut ada norma sosial
yang dilanggar. Mendengarkanku.. ketika
ucapanku dapat diterima oleh akal mereka . Disaat yang genting, ketika aku
meminta tolong ...hanya orang berhati tulus dan ikhlas yang mau
membantuku. “ yaa.. mungkin karena kita
belum memiliki pemikiran dan perasaan yang sama”. Namun meski begitu, aku tetap
mencintai mereka sebagai saudara sesama muslim. Dan aku berharap, ‘kita’ akan
menjadi sahabat seperti yang dijanjikan Allah. Hanya menunggu waktu, menunggu
kalian membuka pintu untuk menerima kado kecil dariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar