Perhelatan besar yang seringkali
disebut sebagai Pesta Demokrasi tak lama lagi akan segera berlangsung. Tinggal
menghitung hari, rakyat Indonesia akan memilih siapa yang kelak memimpin negeri
ini. Euforia pemilu pun kini semakin terasa. Bagaimana tidak , meski KPU belum
menentukan siapa bakal calon presiden dalam Pemilu 2014 namun baik dari partai
maupun independen sudah berlomba-lomba mempromosikan diri untuk mencuri hati
rakyat.
Mengingat satu suara saja sangat
berpengaruh dan berharga, wajar jika berbagai cara pun dilakukan oleh para
kandidat calon beserta tim suksesnya, mulai dari mendatangi tempat-tempat yang memiliki
massa potensial, membuat berbagai akun
di jejaring sosial, hingga yang paling populer adalah iklan di televisi.
Namun, pertanyaannya bagaimana respon
rakyat menyambut Pemilu 2014 ini, masihkah menaruh harapan pada pesta demokrasi
lima tahunan tersebut ?
Melihat dari data sebelumnya, nampaknya
kita bisa membaca bagaimana pandangan rakyat mengenai kinerja politikus di
Indonesia. Dalam pelaksanaan Pemilu Presiden 2009, jumlah warga yang tidak
menggunakan hak pilihnya alias golput sebesar 49.677.776 atau 29, 0059 persen.
Jumlah tersebut secara resmi juga dimaktubkan dalam surat penetapan KPU
mengenai perolehan suara nasional pemilu legislatif. Total pemilih yang
menggunakan hak suaranya 121.588.366 dari total daftar pemilih tetap (DPT)
171.265.442.
Pengamat politik dari Universitas
Indonesia, Andrinof Chaniago, memprediksi, jumlah warga negara yang nantinya
tidak akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2014 akan naik. Hal ini
mengindikasikan kurangnya minat serta lunturnya kepercayaan rakyat saat ini
hingga enggan untuk memilih.
Tentunya kita tak bisa menyalahkan
rakyat. Sebab realita ini tidak terjadi begitu saja, melainkan akumulasi rasa
ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pejabat yang mengaku sebagai
perwakilan rakyat. Di tingkat pusat, setiap saat masyarakat menyaksikan kasus tindakan korupsi
politisi dan birokrasi seperti kasus Century, Hambalang, Simolator SIM, Impor
Daging Sapi, dan baru-baru ini muncul kasus SKK Migas. Sederet kasus tersebut
adalah sedikit dari banyak kasus lain yang melibatkan politisi dan birokrasi.
Perlahan-lahan rakyat telah menyadari betapa rusaknya
kondisi sistem di Indonesia. Berkali-kali
pemilu diadakan, toh tidak ada perubahan yang berarti. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika rakyat memilih
untuk golput. Nyatanya, memilih tidak menyelesaikan permasalahan di Indonesia.
Sama saja mengganti baju kotor dengan baju kotor kembali. Bukankah rakyat
Indonesial telah memilih berkali-kali ? Namun kenyataannya bukan menuju
perubahan yang lebih baik, malah semakin terpuruk.
Lalu apa yang diinginkan rakyat saat ini?
Sebuah survei yang dilakukan yang dirilis oleh Pew
Research Center/PRC (Pusat Penelitian Pew) yang berbasis di Amerika
Serikat menyatakan bahwa mayoritas
muslim di Indonesia menginginkan penerapan syariah di Indonesia. Survei itu
mengungkapkan, 72 persen penduduk Indonesia menginginkan syariah Islam sebagai
"hukum resmi negara”. Ketika ditanyakan kepada mereka tentang partai
politik Islam yang ada sekarang, 57 persen parpol Islam sama dengan parpol
lainnya. Hanya 31 persen yang bilang parpol Islam lebih baik. Sementara 9
persen mengatakan parpol Islam lebih buruk dibanding parpol lainnya. Namun
demikian, 75 persen kaum Muslim mendukung tokoh agama memiliki peran yang besar
dalam menentukan arah politik.
Hal ini membuktikan bahwa rakyat telah jengah
dengan sistem saat ini. Perlahan-lahan mereka sadar bahwa akar permasalahan
dari negeri ini bukanlah hanya dari pemimpin semata . Melainkan sistem dinegeri
ini juga mempunyai peran besar dalam rusaknya negeri ini. Rakyat pun sadar
bahwa pemimpin yang sekedar berlabelkan muslim tidaklah menjamin perubahan yang
diinginkan. Untuk menciptakan perubahan dan perbaikan, pergantian rezim dan
sistem mutlak dilakukan.
Alhasil, tak ada alasan lain lagi untuk menolak implementasi
syariah dalam bentuk negara. Sebab, mayoritas negeri ini pun lebih percaya pada
Islam daripada demokrasi. Maka,
perjuangan menuju Islam yang kaffah adalah jalan terbaik, serta bersatunya kaum
muslimin kebangkitan tinggal menunggu waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar