Pagi hari itu, gema lantunan takbir terdengar dimana - mana. Hari ini merupakan hari raya yang penuh suka cita bagi kebanyakan orang. Namun, tidak bagi penghuni rumah kumuh yang didepannya terparkir dua mobil mewah.
Dari masing – masing mobil terlihat laki – laki dan perempuan keluar. Laki – laki itu mencoba mengetuk pintu rumah kumuh ,namun sunyi tak ada jawaban. Akhirnya ia tetap masuk layaknya sang penghuni rumah. Tiada terdengar suara apapun di dalam rumah. Rumah sepi dan sunyi. Yang terdengar hanyalah hentakan sepatunya.
Saat ia masuk, terlihat sepucuk surat yang berdebu diatas meja. Laki – laki itu dengan hati yang bergejolak, membuka dan membaca surat itu.
"Assalamualaikum wr. Wb
Alung... adik.. bagaimana kabarnya ? Ibu jadi teringat waktu kalian masih kecil dulu. Kalian selalu main berdua dan selalu ikut kemana ibu pergi. Bahkan corong air ibu pun jadi mainan kalian. Dulu waktu kalian sakit atau jatuh ibulah yang selalu jadi dokter bagi kalian. Suatu waktu, adik pernah bilang kalo adik mau jadi dokter “ Ibu.. ibu.. adik nanti kalo dah besar nak jadi dokter, supaya bisa ngobati ibu masa nanti”. Alung pun sama, ia menganggap gambarannya jelek, namun bagi ibu tidak ibu mengajarkan alung bagaimana cara menggambar . Bagi ibu, gambaran Alung adalah gambaran yang paling indah yang pernah ibu lihat. Ia pun bercita – cita menjadi fotografer.
Ibu selalu berfikir apakah kalian bisa melakukan hal yang sama seperti yang ibu lakukan kelak. Waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Kini Alung mendapatkan apa yang diimpikannya, menjadi fotografer. Ibu di rumah merasa kesepian dan sangat rindu kalian, ibu mencoba menelpon Alung tapi Alung tak bisa karena mungkin sibuk. Ibu sakit dan mencoba menelpon adik, adik pun sama, adik yang kini jadi dokter selalu sibuk dengan pasiennya. Tahukah kalian, gambar yang waktu itu Alung gambar, selalu Ibu pasang di kamar ibu. Ibu sangat rindu pada kalian, ibu selalu ingat masa kecil kalian yang ramai dan senang. Kadang – kadang, ketika ibu sedang meratapi kesepian,ibu mendengar suara telepon namun ketika ibu cek teleponnya tidak ada apa apa. Itu mungkin terjadi karena saking rindunya ibu pada kalian. Ibu juga selalu menunggu kalian dari jendela rumah, apakah mobil yang lewat itu mobil kalian.
Mungkin saat kalian membaca surat ini ibu sudah tidak ada, selama ini ibu sakit sakitan. Ibu ingin menelpon kalian, namun kalian sibuk, ibu takut akan merepotkan kalian. Sebelumnya ibu minta maaf, karena ibu selalu menyuruh belajar dengan keras, tapi itu semua ibu lakukan demi kebaikan kalian.. Maafkan ibu yang selalu merepotkan kalian dan tidak bisa memberi sesuatu yang lebih pada kalian. Ibu hanya bisa berdoa semoga Alung dan adik diberikan rahmat dan kesejahteraan oleh Allah SWT. Selamat tinggal Alung.. Adik.."
Sang laki-laki itu tergetar hatinya, tak tau lagi apa yang harus ia lakukan. Dirinya kini menyesal, sebab belum ada bakti sujud terhadap ibunya. Ia hanya bisa meratapi saat-saat ia mengacuhkan ibunya.
Oleh karena itu, berbaktilah kepada ibu bapak kalian selagi ada. Jangan buat hati mereka kecewa dengan sikap kita. Sebab pengorbanan mereka terhadap kita sangatlah banyak, tenaga, waktu dan pikiran rela ia kuras demi kita yang mungkin tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka.
(Berdasarkan film pendek “ Hargai ibu bapa “) . . .
Good, lanjutkan latihannya (FW)
BalasHapus