Suatu hari saya buka-buka
beranda facebook lalu melihat salah seorang memposting sebuah gambar. Intinya
menanyakan seberapa cinta kamu dengan dunia ? Lalu dibawahnya ada tulisan ayat.
“ Berapa lamakah kamu hidup didunia ?”
Deg. Hati saya langsung
tertegun. Kadang kita lupa, dengan segala kesibukan. Punya target ini , target
itu. Mau ini , mau itu. Lomba ini, lomba itu. Akhirnya lupa bahwa semua itu
akan berakhir tatkala kematian menyapa. Seringkali hati ini kotor, menganggap
bahwa karena saya adalah orang yang mengikrarkan diri sebagai pengemban dakwah,
maka Allah pastinya akan memasukan diri ini kedalam syurga. Ehh kata siapa ?
Bahkan seorang ulama besar pun belum tentu masuk syurga. Apalagi kita ? Yang
kadang tidak melakukan apa yang kita ucapkan. Berkoar sana sini tentang islam ,
tapi hanya islami diluar rumah. Bertutur kata yang baik di kampus, namun saat
dikosan ghibah menjadi pembicaraan sehari-hari.
Dari Abu Zaid Usamah
ibn Haritsah SAW, dia berkata, “ Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Akan
didatangkan nanti pada hari kiamat seorang laki-laki ia dilemparkan ke dalam
neraka maka keluarlah usus-ususnya perutnya, lalu berputar-berputar di dalamnya
bagaikan himar yang beputar-putar disekitar penggilingan. Maka berkerumunan
ahli neraka kepadanya, mereka berkata: “ Hai Fulan mengapakah kamu ? Bukankah
kamu dahulu menganjurkan kebaikan dan melarang dari yang mungkar ?” Maka dia
menjawab:” Benar, saya dulu memerintah yang baik tetapi tidak mengamalkannya
dan saya melarang dari yang mungkar tetapi aku melakukannya” ( HR
Bukhari-Muslim)
“ Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu erbuat ? Amat besar
kebencian disisi Allah bahwa amu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan “
( As-Shaff: 2-3)
Ayat dan Hadist diatas
saya fikir cukup unutk membuktikan kepada kita bahwasannya berhati-hati dalam
bertindak adalah sebuah keharusan. Jangan sampai kita bertindak dan berlagak
sebagai pengemban dakwah namun nafsiyah diri 0 besar. Lalu apa hubungannya dengan cinta ? Balik
lagi pada kelupaan kita terhadap kematian. Bagi saya , jika lupa itu hanya
beberapa kali. Rasanya itu tak masalah. Karena manusia tempatnya lupa dan
salah. Namun jika setiap aktifitas senantiasa lupa, dan yang dominan difikirkan
dalam otak adalah dunia dan dunia.Saya rasa tak apa jika harus bertanya pada
diri sendiri.. dimanakah letak cinta kita ? Apakah kita sedemikian cintanya
dengan predikat di dunia ? Hingga lupa untuk berbuat kebaikan untuk negeri
Akhirat.
Bagaimana mendeteksi
bahwa kita terlalu cinta ama dunia ? Simple. Ukurannya bukan tentang
keambisiusan kita mengejar harta. Bagi saya itu terlalu jauh untuk status kita
sebagai mahasiswa atau pelajar ( dalam konteks ini). Indikatornya adalah berapa
persen dalam sehari kita memikirkan urusan dunia dan berapa persen kita
memikirkan urusan yang menghantarkan pada akhirat ? Sebagai contoh : Lebih
sering yang mana kah kita ? Tidak bisa tidur karena mengejar belajar ini itu,
lomba ini itu. Ataukah tidak bisa tidur karena harus memikirkan objek dakwah
kita yang ingin di sadarkan, atau memikirkan konsep acara dakwah ? That’s the
point. Lebih sering manakah kita ? Menangis karena tak mampu mencapai target
kuliah/organisasi, atau menangis karena diri kita belum bisa menjadi seperti
yang Allah inginkan ? Bahkan ada seseorang yang mengatakan kurang lebih begini
“ Apa yang dia pikirkan pertama kali pada saat ia bangun tidur, maka itulah
orientasi hidupnya”.
So, kadang kita harus
berkata yang lancang pada diri sendiri “ Jangan bilang ngaku lo cinta sama
Allah, kepengen Syurga, kepengen syahid,
kalo yang dikepala lo isinya cuma gimana caranya eksis dan nilai kuliah
lo gede” That’s bullshit.
Dimana letak cinta kita ?
Didunia atau di akhirat ? Silahkan pikirkan masing-masing. Saya pun masihh
Jauuuuuh dari kata baik. Jujur saya masih suka nakal, melakukan kemaksiatan,
males, melalaikan amanah, membuang-buang waktu dg mubah yang gak berguna. So,
mari kita perbaiki diri dengan sebenar-benarnya. Dan meminta Allah untuk
menguatkan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar